8 Cara Menabung 100 Juta Pertama ku dalam Waktu 2 Tahun

Wangga Kharisnu
5 min readAug 23, 2021
Photo by Mufid Majnun on Unsplash

Kalo dipikir-pikir, 100 juta adalah angka yang mustahil bagiku saat itu.

Gimana ya rasanya punya uang 100 juta? Berapa banyak lembar yaa uang 100 juta itu? — aku sering kali berkhayal.

Bagi diriku di tahun 2016 yang punya ekspektasi gaji 3 juta per bulan, gak pernah terbayangkan olehku punya uang 100 juta. Atau bahkan pengin nabung sebanyak 100 juta.

Gak pernah.

Mentok-mentok paling, pengen punya motor Honda Vario yang seharga 24 juta. Itupun pengennya nyicil aja. Karena kayaknya aku bakal gak sanggup bayar penuh.

Tapi Tuhan memang punya rencana lain.

Di tahun 2017, aku diberi jalan untuk memulai perjalanan karirku sebagai seorang Wedding Video Editor (yang mana aku akan ceritakan perjalananku dari 0 hingga sekarang di tulisan selanjutnya) dan itu mengubah penghasilan dan pola pikirku untuk berani berpikir lebih besar lagi.

Di tahun 2018 aku mulai bertekad untuk menabung 100 juta pertama ku. Dan di tahun 2020 aku berhasil mengumpulkan 100 juta pertama ku. Yang mana, uangnya aku pakai untuk uang nikah dengan mantan pacarku (read: istriku).

Memang gak mudah. Tapi bisa kok. Berikut adalah hal yang aku lakukan untuk bisa punya 100 juta pertamaku:

Menghitung dengan realistis: 100 juta dibagi 24 bulan

Tentu hal yang pertama aku menghitung jumlah uang yang harus di tabung setiap bulannya.

Aku punya target harus punya uang 100 juta dalam waktu 2 tahun (24 bulan).

Oleh karena itu: Rp. 100.000.000 dibagi 24 bulan adalah Rp. 4.200.000.

Berarti, aku harus menabung 4 juta an tiap bulannnya untuk punya 100 juta dalam waktu 2 tahun.

Menentukan persentase pengeluaran dari gaji

Gajiku sebagai wedding video editor saat itu berkisaran dari 7,5 juta sampai 9 juta. Kok gak sama? Karena perusahaan tempat aku bekerja membayar komisi per project.

Jadi, semakin banyak proyek editing yang dikerjakan tiap bulannya, maka makin banyak juga gaji yang aku dapatkan di bulan tersebut.

Aku rata-ratakan saja gajiku adalah 8 juta per bulan.

Maka aku membuat persentase pengeluaran sebagai berikut:

  • 50% dari gaji untuk tabungan 100 juta
  • 30% untuk hidup sehari-hari seperti: uang listrik di rumah ortu, uang internet, uang bensin, uang nongkrong, uang pacaran, uang sembako di rumah ortu, dll.
  • 10% untuk aku kasikan ke orang tua dan adikku
  • 10% untuk reksadana campuran

Sebagai informasi, aku masih tinggal di rumah orang tua jadi aku hemat biaya tempat tinggal.

Menentukan instrument untuk menabungnya

Karena goalsku 2 tahun harus sudah punya 100 juta, maka aku putuskan untuk membuka tabungan berjangka BCA.

Selain karena rekening utamaku adalah BCA, salah satu fitur tabungan berjangka adalah karena fitur auto debet dan aku tidak bisa menarik uangnya sebelum jangka waktu yang ditentukan.

Dan juga tidak ada biaya adminstrasi per bulannya.

Ini sangat penting bagiku.

Pengalamanku sebelumnya, jika menabung di rekening tabungan biasa (yang ada kartu ATM nya, ada uang adminstrasi bulanan, dan bisa ditarik kapanpun) pasti aku tarik-tarik terus.

Jadi gak nambah-nambah deh tabungannya.

Menghindari hutang yang gak perlu!

Sejak 2018, aku memutuskan untuk tidak berhutang. Walaupun keinginan untuk punya gadget baru datang terus menerus dan juga paylater ada dimana-mana, aku tahan nafsu untuk tidak berhutang.

Kenapa?

Karena aku tidak ingin merusak rencana dan persentase pengeluaran yang sudah aku rencanakan di awal.

Padahal mah barang-barang itu gak aku butuhkan banget. Cuman keinginan sementara aja. Jadi buat apa aku realisasikan?

Mencari uang tambahan karena gaji aja tidak cukup

Seperti yang Anda liat, aku harus menabung dengan angka 4 juta an perbulannya.

Bagi sebagian orang dan bagiku juga, itu angka yang besar.

Jadi kalo aku cuman ngandelin uang gaji doang, kayak akan berat banget nabung di angka segitu. Aku juga akan ngirit-ngirit banget. Hidup jadi gak asik.

Di sela-sela waktu luangku, aku mencari uang tambahan dengan cara mengedit video wedding yang mana kliennya aku dapatkan dari Upwork.

Soon aku akan tulis pengalamanku freelance di Upwork dengan nilai proyek hingga $450. Tunggu ya!

Disiplin menabung dan tahan ego: memang berat tapi worth it

I know, disiplin dan konsisten melakukan sesuatu hal tidak semudah seperti kita membicarakannya saja.

Butuh tekad yang kuat agar selalu konsisten.

Tapi itu worth it kok! Percaya deh.

Untung aja aku nabungnya di Tabungan Berjangka, jadi untuk hal konsisten tidak perlu aku khawatirkan lagi karena bank sudah akan memotong uangku dengan jumlah yang sama setiap bulannya.

Mengecek tabungannya tiap semester

Lalu muncul pertanyaan: Kenapa gak tiap bulan? Atau tiap saat?

Menurut pengalamanku, mengecek tabungan tiap bulan akan bikin kita jadi enggak sabar dan berasa jumlah uang kita nambahnya dikit banget.

Lalu ketika aku memutuskan untuk mengecek tabungannya tiap semester, gak terasa aja jumlah uangnya sudah bertambah banyak.

Melihat uang tambah banyak > menjadi lebih semangat cari uang > bisa nabung lebih banyak.

Memang ini terlihat simpel, tapi efeknya besar lho.

Bercerita ke pasangan untuk saling menyemangati

Seperti yang aku tuliskan di atas, uang 100 juta ku ini akan kugunakan untuk biaya nikah.

Memang buat beberapa orang mereka menyiapkannya berdua dengan pasangan.

Tapi aku pribadi pengen banget nyiapin keuangan (read: uang 100 juta) ini sendiri. Dan aku rasa gak ada yang salah dengan hal ini.

Kami dari awal pengin punya hubungan dengan kualitas komunikasi yang baik. Entah urusan keuangan, visi dan misi, kehidupan, dan lain-lain.

Maka, menceritakan progress keuangan dengan pasanganku adalah bukan hal yang baru bagi ku.

Setiap bulan aku selalu bercerita gimana progres tabungannya, apakah aku dapet uang tambahan gak di bulan tersebut, sampai ke suka dukanya menabung dengan angka yang lumayan besar, dan lain-lain.

Kita saling menyemangati. And it feels so good!

Sampe akhirnya di bulan September 2020, uang 100 juta pertama ku terkumpul sudah. Dan di bulan November 2020, kami menikah. Rasanya nikmat banget menikah dengan hasil jerih payah sendiri. Setidaknya, kami tidak memberatkan orang tua dari sisi finansial.

Untuk penutup,

Sebagai mana yang kita alami bersama, aku tau, kita semua sedang menderita karena kehilangan sumber penghasilan di tengah Pandemi Covid ini.

Oleh karena itu aku ingin berbagi tips and trik tentang peluang usaha yang bisa dikerjakan di tengah Pandemi Covid yang mana aku kirimkan lewat email pembacaku setiap minggunya.

Ayo gabung news letter ku jika kamu adalah seorang yang terdampak covid juga. Klik disini!

Terima kasih.

--

--

Wangga Kharisnu

A 4-am writer who writes about everything he wants | Stripe doesn’t support my country. Buy me a coffee > buymeacoff.ee/wanggakharisnu